Kamis, 15 Maret 2012

Siapakah Orang Yang Sukses ?

[Amanah Untuk Diterjemahkan Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-'Abbad Al-Badr]


Oleh: Fadhilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin
Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah


Terjadi pembicaraan disebagian majelis manusia tentang kesuksesan, tentang orang-orang sukses, tentang sebab-sebab sukses, siapakah orang yang sukses, dan siapakah sang pemenang. Sebuah kata yang selalu diulang-ulang disebagian majelis dan terbatas pemahaman tentang kesuksesan beserta makna-maknanya dalam pemahaman sebagian manusia hanya berkisar pada kesenangan-kesenangan yang pasti akan hilang dan perkara-perkara yang fana.

Disana terdapat pembicaraan tentang kesuksesan dalam persaingan bisnis, dalam perlombaan olahraga, dalam muamalah-muamalah yang diharamkan seperti perjudian dan yang lainnya. Bermacam–macam pembicaraan tentang kesuksesan, apa itu kesuksesan, hakikatnya, bidang-bidangnya dan sebab-sebabnya.
Hilang dari pikiran kebanyakan manusia kesuksesan besar yaitu ketika berjumpa dengan Rabb semesta alam, kesuksesan dengan mendapat ridha Allah, selamat dari Azab-Nya, dan masuk kedalam surga-Nya. Hilangnya makna seperti ini dari kebanyakan pikiran manusia yang bergelimang dalam kesenangan-kesenangan dunia beserta kelezatan-kelezatannya dan syahwat-syahwatnya.
“Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang Sebenarnya kehidupan, kalau mereka Mengetahui”. (Al ‘Ankabuut:64)

Wajib atas setiap muslim untuk terus-menerus mengingat kesuksesan terbesar, kemenangan agung dan keberuntungan yang nyata pada hari ketika berjumpa Allah Tabaaraka wa Ta’ala.
Renungkanlah bersama aku -wahai orang yang beriman- dalam kesempatan ini dengan mengingat dan memikirkan tentang kesuksesan agung beserta hakekatnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.( Ali ‘Imran:185).

Di sinilah kedudukan orang-orang yang sukses lagi beruntung yaitu orang-orang yang Allah berikan nikmat atas mereka berupa kesuksesan hakiki yang agung.

Sesungguhnya kesuksesan itu adalah selamat dari yang ditakuti dan mendapatkan yang diharapkan.
Dan keduanya ini terkumpul dalam diri orang-orang beriman yang menjadi ahli surga. Allah Tabaaraka wa Ta’ala menyelamatkan mereka dari neraka dan memberikan nikmat atas mereka dengan masuk ke dalam surga dan ini adalah hakikat kesuksesan.

Apa yang ditakuti lebih besar dari api neraka?
Apa yang diinginkan lebih besar dari surga?


Untuk inilah sepatutnya masing-masing dari kita selalu mengingat keadaan yang agung ini dan kita semua pasti akan menuju kepadanya.

Telah disebutkan di Sahih Muslim dari hadist Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Muhammmad Shalallahu ’Alaihi wa Sallam Bersabda: “Kemudian dipasang jembatan diatas neraka jahanam dan dibolehkan syafaat dan merekapun berdoa: ya Allah selamatkan –selamatkanlah. Ada yang bertanya wahai Rasulullah apakah jembatan itu? beliau menjawab : Tempat yang licin yang menjadikan telapak kaki tergelincir dan tidak bisa menetap, disana ada alat pengait (semacam gancu/jangkar) dan duri kuat yang terbuat dari besi, di negeri Najd ada yang seperti itu didalamnya ada durinya dikenal dengan sebutan As-sa’dan. Lalu lewatlah orang-orang yang beriman seperti kedipan mata dan seperti kilat dan seperti tiupan angin dan seperti burung dan seperti kuda pacu dan seperti jalannya onta. Maka ada orang yang selamat dan ada yang terkena sayatan kulitnya namun setelah itu dia juga selamat dan ada pula yang terkena kaitan itu lalu dilempar sehingga jatuh ke dalam neraka jahanam”.

Renungkan keadaan ini dan kamu pasti menuju kepadanya sedang manusia diatas jembatan ini terbagi menjadi 3 kelompok yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shalallahu ’Alaihi wa Sallam.
Renungkan ketiga kelompok ini; dan renungkanlah lewatnya manusia di atas jembatan yang diletakkan di atas neraka jahanam, bayangkan keadaanmu ketika kamu berada diatas jembatan ini yang disebutkan didalam sebagian hadist bahwa ia lebih lembut dari rambut, dan kamu telah meletakkan telapak kakimu diatasnya sedang dihadapanmu dan dibelakangmu ada manusia yang selamat dan adapula yang terkena sayatan tapi selamat dan adapula yang terkena kaitan lalu masuk kedalam neraka jahanam.
Orang yang selamat diantara mereka berbeda-beda dalam kecepatan ketika melewatinnya, diantara mereka ada yang lewat seperti kilat dan seperti hembusan angin dan seperti kuda pacu, tergantung perbedaan mereka dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam kehidupan ini. Maka pikirkanlah tentang kedaanmu ketika kamu termasuk diantara mereka dan kamu pasti menuju kepada kedudukan ini.
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. (Maryam: 71-72)
Apakah kamu termasuk mereka yang sukses lagi beruntung ataukah kamu bukan termasuk golongan mereka .

Apabila kamu bertanya wahai orang yang beriman, apa sifat orang-orang yang sukses itu? dan apa amalan-amalan mereka yang menjadikan mereka bisa meraih kesuksesan agung ini?Kamu akan mendapati jawabannya didalam kitab Allah ‘Azza wa Jalla bahkan kamu akan mendapatinya dalam satu ayat Al-Quran yang terkumpul untukmu sebab-sebab kesuksesan dan keberuntungan, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan”.(An-Nuur:52)
Sesugguhnya ada 4 sifat yang apabila terkumpul dalam diri seorang hamba pasti dia termasuk menjadi orang-orang yang sukses:

1. Taat kepada Allah.
2. Taat kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam.
3. Takut kepada Allah dan berhenti dihadapanNya Subhanahu wa ta’ala.
4. Bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Alaa dengan meninggalkan berbagai kemaksiatan dan dosa.
Barang siapa yang mempunyai sifat seperti ini dan keadaannya seperti ini sesungguhnya dia menjadi termasuk orang-orang yang sukses.

Kemudian ingatlah keadaan orang-orang yang sukses itu, apa yang mereka dapatkan setelah mereka selamat dari api neraka, terbebas dari azabnya dan selamat dari masuk kedalamnya? dan apa yang Allah sediakan untuk mereka yang sukses itu?
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak” .(An-Naba:31-36)

Aduhai betapa agung keadaan itu dan betapa indah tempat kembali itu, Allah Azza wa Jalla membebaskan mereka dan menyelamatkan mereka dari api neraka sehingga mereka bisa melewati Shirat ( jembatan) dan mereka masuk kedalam surga dan mereka meraih kenikmatan yang terus menerus. Renungkan dalam kedudukan ini ketika ahli surga masuk kedalam surga melalui pintunya dengan kesuksesan terbesar dan mendapatkan keuntungan paling agung:
” (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka): “Pada hari Ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar”. (Al-Hadid:12)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar”. (Al-Buruj:11)


Apakah ada kesuksesan yang dicari yang lebih besar dari ini?!.
Sungguh ini adalah puncak dari semua puncak dan akhir dari semua akhir, yaitu mereka telah sukses mendapatkan keridhaan Rabb penguasa bumi dan langit, mereka bahagia dekat dengan Allah Subhanahu, merasakan kelezatan bermunajat, dan mereka mendapat nikmat berupa memandang wajah Allah yang maha mulia dan ini adalah nikmat paling agung dan kelezatan yang paling sempurna.
Maka pikirkanlah tentang keadaanmu dan tempat kembalimu pada kedudukan yang agung ini, dan renungkanlah makna-makna ini dan jangan sampai membuatmu tersibukkan -wahai orang yang semoga Alah membimbingmu- kesenangan-kesenangan dunia daripada kesuksesan yang nyata ini.

Wajib atas mukmin untuk terus-menerus dan selamanya sepanjang hari-harinya dan malam-malamnya selalu mengingat kedudukan yang agung ini dengan melakukan sebab-sebab yang bisa menyelamatkan dari murka Allah dan Azab-Nya serta melakukan sebab-sebab yang menjadikan kesuksesannya dengan mendapatkan surga Allah dan kenikmatannya:
“Sesungguhnya Ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa Ini hendaklah berusaha orang-orang yang beramal”.(As-Shaafaat:60-61).

Berkata As-Syaikh As-Sa’di Rahimahullahu tentang tafsir ayat ini: “Maka ini adalah yang paling layak untuk dipersembahkan apapun yang paling berharga demi meraihnya dan yang paling patut untuk bersungguh-sungguh orang yang mengenal Allah lagi cerdas demi mendapatkannya. Dan penyesalan yang sebenar-benarnya penyesalan adalah terlewatnya sedikit waktu dalam keadan tidak menyibukan diri dengan beramal amalan yang bisa mendekatkan kepada tempat ini (surga), maka bagaimana pula jika dia berjalan dengan kesalahan-kesalahannya menuju ke lembah kebinasaan?!”.

Dan aku memohon kepada Allah denga nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Tinggi agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang sukses sebenarnya, yang selamat sejujurnya dan supaya dia memberi taufik kepada kita untuk taat kepada-Nya dan agar mendapatkan ridha-Nya dan menunjukan kami kepada jalan yang lurus, sesungguhnya Rabbku adalah Maha Mendengar doa, Dia layak untuk diharapkan, Dia adalah yang memberikan kecukupan kepada kita dan Dia sebaik-baiknya yang diserahi urusan.

Keterangan:
Fadhilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah adalah Dosen Ilmu Aqidah Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah dan Pengajar Tetap di Masjid Nabawi Madinah An-Nabawiyyah KSA.

Materi ini berasal dari salah satu khotbah beliau yang terdapat di wesite resmi beliau www.al-badr.net, ini link untuk teks Arabnya;
http://www.al-badr.net/web/index.php?page=article&action=article&article=22

Beliau bercerita kepada kami bahwa yang menjadikan beliau tertarik mengangkat topik ini adalah karena saat itu kebanyakan manusia sedang disibukkan oleh piala dunia sepak bola sehingga mereka selalu berbicara tentang bola dan tentang juaranya.

Beliau mengamanahkan kepada kami [Abdullah Sholeh Hadrami] untuk menerjemahkan materi ini karena rencananya akan beliau sampaikan pada waktu Pengajian Umum 18/02/2012 di Masjid An-Nur Jagalan Malang, akan tetapi karena keterbatasan waktu beliau hanya sempat menyampaikan materi ‘Saling Berpesan Untuk Berkasih Sayang’. [QS 90 Al-Balad Ayat 17].
Terima kasih kepada ikhwah yang telah membantu pengetikannya, jazakumulloh khoir.
Semoga Bermanfaat. [Abdullah Sholeh Hadrami].



source : http://www.kajianislam.net/2012/02/siapakah-orang-yang-sukses/

Rabu, 07 Maret 2012

Bedanya Hanya Lima Menit


Tulisan ini sebuah renungan untuk menyisihkan sedikit waktu untuk ibadah, apalagi dengan banyak waktu. Terinspirasi dari teman saya yang setiap hari lewat di hadapan saya, seorang muadzdzin di masjid kantor saya, setiap itu pula saya melihat jam, selalu menunjukkan 5 menit sebelum waktu adzan shalat fardhu. Sejenak saya berfikir beberapa hal karenanya.

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya 5 menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala mengumandangkan adzan, yang akan dipanjangkan lehernya di hari kiamat.

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ».

“Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Para muadzdzin adalah orang-orang yang paling panjang lehernya di antara manusia pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1031)

Yang dimaksud “yang paling panjang lehernya di antara manusia pada hari kiamat” adalah;

Pertama, mereka adalah orang yang paling banyak harapannya pada saat orang-orang dalam kesusahan sedangkan mereka (para muadzdzin) sangat berharap diizinkan bagi mereka untuk masuk surga.

Kedua, mereka (para muadzdzin) sangat dekat dengan Allah.

Ketiga, mereka (para muadzdzin) tidak akan tenggelam di dalam keringat mereka, karena sesungguhnya manusia pada hari kiamat mereka berada di dalam keringat mereka sesuai dengan kadar amalan-amalan mereka.

Keempat, mereka (para muadzdzin) akan menjadi pemimpin-pemimpin pada hari kiamat. Orang Arab mengungkapkan kepemimpinan dengan panjang leher.

Kelima, mereka (para muadzdzin) tidak akan hina dan menundukkan pandangannya pada hari kiamat malu. (Lihat kitab At Taisir Bisyarh Al Jami’ Ash Shaghir, karya Al Munawi dan kitab An Niayah Fi Gharib Al Atsar, karya Ibnu Al Atsir).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala duduk di shaf pertama yaitu sangat besar sampai boleh berundi untuk mendapatkannya.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ»

“Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang di shaf pertama.” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At Tarhib, no. 492).

Maksud dari “Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang dishaf pertama” adalah:

Pertama, Allah merahmati atas orang-orang yang shalat di shaf pertama dan para malaikat berdoa bagi mereka mendapatkan taufik dan yang lainnya. (Lihat kitab Mir’atul Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, karya Al Mubarakfuri).

Kedua, Allah Ta’ala memuji orang-orang yang shalat di shaf pertama di hadapan para malaikat dan para malaikat mendoakan mereka mendapat ampunan, rahmat dan berkah. Lihat pada kitab Shahih Bukhari pada bab:

قَوْلِهِ (إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا»

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya maka niscaya mereka akan berundi, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam shalat isya’ dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam keadaan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

فقوله : ( ( لو يعلم الناس ما في النداء والصف الاول ) ) – يعني : لو يعلمون فيهما من الفضل والثواب ، ثم لم يجدوا الوصول اليهما الا بالاستهام عليهما – ومعناه : الاقراع – لاستهموا عليهما تنافساً فيهما ومشاحة في تحصيل فضلهما واجرهما .

Sabda beliau: “Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama”, maksudnya adalah jikalau mereka mengetahui di dalam keduanya terdapat berupa keutamaan dan ganjaran pahala, kemudian merela tidak mendapati untuk mendapatkan keduanya kecuali dengan berundi atasnya maka niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkan keduanya sebagai bentuk persaingan dan ingin mendapatkan keutamaan dan pahala keduanya.” (Lihat kitab Fath Al Baari, karya Ibnu Rajab).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala sebanyak jamaah yang shalat karena panggilan adzannya.

عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا الصُّبْحَ فَقَالَ «… وَإِنَّ صَلاَةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ وَحْدَهُ وَصَلاَتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى ».

“Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “…Dan sesungguhnya shalat seseorang bersama satu orang lebih baik daripada shalatnya sendirian, dan shalatnya bersama dua orang lebih baik daripada shalatnya satu orang, dan apa saja yang lebih banyak (jumlah jama’ahnya) maka itu yang paling diskuai oleh Allah Ta’ala.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At targhib wa At Tarhib, no. 411).

Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah berkata,

وهذا يدل على فضل الجماعة؛ لأن صلاة الرجل مع الرجل أزكى من صلاته وحده، وصلاته مع الرجلين أزكى من صلاته مع الواحد، وكلما كان أكثر فهو أحب إلى الله عز وجل، وهذا يدلنا على فضل الجماعة، بل وعلى فضل كثرة الجماعة، وأنه كلما كانت الجماعة أكثر فذلك أفضل وأعظم أجراً عند الله عز وجل.

“Ini menunjukkan keutamaan shalat berjamaah, karena shalat seseorang bersama satu orang lebih baik daripada shalatnya sendirian, dan shalatnya bersama dua orang lebih baik daripada shalatnya satu orang. Dan setiap kali bertambah banyak maka itu yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla, dan ini menunjukkan keapda kita tentang keutamaan shalat berjamaah bahkan menunjukkan akan keutamaan banyaknya bilangan shalat berjamaah, yaitu setiap kali bertambah maka hal itu lebih utama dan lebih besar pahalanya di sisi Allah Azza wa Jalla.” (Syarh Sunan Abu Daud, karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah – syamela).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala duduk di dalam masjid menunggu shalat yaitu didoakan oleh para malaikat mendapat rahmat, ampunan dan taubat dari Allah Ta’ala.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَزَالُ الْعَبْدُ فِى صَلاَةٍ مَا كَانَ فِى مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ تَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ حَتَّى يَنْصَرِفَ أَوْ يُحْدِثَ ». فَقِيلَ مَا يُحْدِثُ قَالَ يَفْسُو أَوْ يَضْرِطُ.

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Masih saja seorang hamba terhitung di dalam shalat selama dia di tempat shalatnya menunggu shalat, maka para malaikat berdoa: “Wahai Allah ampunilah dia, rahmatilah dia sampai dia pergi atau berhadats”, ditanya: “Apakah (maksudnya) sampai dia berhadats?” dijawab: “mengeluarkan angin atau kentut.” (HR. Abu Daud).



Di dalam riwayat Muslim,

فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ.

“Jika dia masuk masjid, maka dia ada di dalam shalat selam shalat menahannya dan para malaikat akan bershalawat atas salah seorang diantara kalian selama dia di tempat yang dia shalat di dalamnya, mereka berdoa: “Wahai Allah rahmatilah dia, Wahai Allah ampunilah dia, wahai Allah terimalah taubatnya”, selama dia tidak menyakiti di dalamnya atau berhadats di dalamnya.” (HR. Muslim).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala selalu melaksanakan shalat rawatib yaitu dibangunkan sebuah rumah di surga.

عَنْ أُمَّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ»

“Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat sebnayak dua belas rakaat pada sehari dan semalam, maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Muslim).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala berdoa diantara adzan dan iqamah, yaitu doanya tidak tertahan dan tertolak.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ»

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ditolak doa antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Daud).

Ash Shan’any rahimahullah berkata,

والحديث دليل على قبول الدعاء في هذه المواطن إذ عدم الرد يراد به القبول والإجابة ثم هو عام لكل دعاء ولا بد من تقييده بما في الأحاديث غيره من أنه ما لم يكن دعاء بإثم أو قطيعة رحم

“Dan hadits ini adalah dalil yang menunjukkan diterimanya doa pada tempat-tempat seperti ini, karena tidak ditolak dimaksudkan dengannya adalah penerimaan dan pengabulan, ini juga umum untuk setiap dia dan harus dibatasi dengan hadits-hadits lainnya yang menyebutkan bahwa selama bukan doa berupa dosa atau memutuskan silaturrahim.” (Lihat kitab Subul As Salam, karya Muhammad Ash Shan’any, 1/131).

Sebab kenapa dikabulkannya doa antara adzan dan iqamah, mari lihat penjelasannya dari Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizahullah,

عني: في فضله، وأن ذلك من أسباب قبول الدعاء أو من الأوقات التي يقبل فيها الدعاء، وذلك أن الإنسان عندما يكون بين الأذان والإقامة ينتظر الصلاة هو في صلاة وفي عبادة وفي إقبال على الله عز وجل وبعد عن مشاغل الدنيا والحديث فيها والتعلق بها، فيكون ذلك من الأوقات التي يقبل فيها الدعاء ويرجى فيها قبول الدعاء.

“Dan bahwa hal itu (berdoa antara adzan dan iqamah) termasuk sebab dikabulkannya dia atau merupakan waktu-waktu yang di dalamnya dikabulkan doa, yang demikian itu karena manusia ketika antara adzan dan iqamah menunggu shalat dan dia masih (dihitung) di dalam shalat dan ibadah dan di dalam perasaan menuju kepada Allah ‘Azza wa Jalla, jauh dari kesibukan dunia, pembicaraan di dalamnya serta keterkaitan dengannya, maka jadilah waktu itu termasuk waktu yang dikabulkan di dalamnya dia dan diharapkan di dalamnya pengabulan doa.” (Lihat Syarah Sunan Abu Daud, karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah – syameela).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala shalat berjamaah yaitu 27 derajat lebih tinggi daripada shalat sendirian.

عنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً»

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua pulu tujuh derajat.” (HR. Muslim).

Demikianlah… masih banyak pahalah dan ganjaran yang luar biasa yang Allah sediakan, padahal hanya menyisihkan waktu lima menit sebelum orang lain.

****

Tulisan ini bukan hanya sekedar berlomba menjadi muadzdzin akan tetapi leboh condong mengajak dan memotivasi kita bagaimana dengan hanya menyisihkan beberapa menit, beberapa jam, beberapa waktu untuk meluangkan ibadah maka niscaya dia akan mendapatkan keuntungan dunia sebelum akhirat.

Tujuan tulisan ini untuk orang-orang yang tidak mampu menyisihkan sedikit waktunya untuk beribadah apalagi banyak waktunya.

Untuk contoh silahkan cari dan telaah sendiri.. Semoga bermanfaat saudaraku… BEDANYA CUMA LIMA MENIT!!!



*) Ditulis pada hari Sabtu, 3 Rabi’uts Tsani 1433H di Dammam, KSA



Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc

Artikel Muslim.Or.Id

Kamis, 01 Maret 2012

Ulama Sebenarnya

حدثنا أبو عبد الله بن مخلد ، حدثنا أبو بكر المروذي ، حدثنا حبان بن موسى ، قال : سئل عبد الله بن المبارك : هل للعلماء علامة يعرفون بها ؟ قال : علامة العالم من عمل بعلمه ، واستقل كثير العلم والعمل من نفسه ، ورغب في علم غيره ، وقبل الحق من كل من أتاه به ، وأخذ العلم حيث وجده ، فهذه علامة العالم وصفته قال المروذي فذكرت ذلك لأبي عبد الله . قال : هكذا هو .

Abdullah bin Mubarok mendapat pertanyaan sebagai berikut, “Apakah ulama itu memiliki tanda sehingga masyarakat bisa mengetahui keberadaan mereka dengan tanda tersebut?”.


Jawaban beliau, “Tanda atau ciri ulama adalah:

Beramal dengan ilmu yang telah dia ketahui

Menganggap sedikit ilmu dan amal yang dia miliki.

Semangat untuk menimba ilmu dari orang lain.

Menerima kebenaran dari siapapun yang membawanya

Mengambil ilmu di mana saja dia mendapatkannya.

Inilah tanda dan ciri ulama”.

Al Maruzi mengatakan bahwa perkataan Ibnu Mubarok ini beliau ceritakan kepada Abu Abdillah alias Imam Ahmad. Komentar beliau, “Demikianlah ciri ulama” [Ibthal Hiyal karya Ibnu Baththah hal 31 no 30, Maktabah Syamilah].http://ustadzaris.com/kyai-sejati