Jumat, 19 Oktober 2012

Jazakumullahu khairan...

Denpasar, 19 Oktober 2012 menjelang kepulangan ke Tanah Jawa.

Tak terasa 11 bulan telah berada di Pulau Dewata ini, membekaskan banyak kenangan, dan kerinduan di dalamnya. 11 bulan lalu iya, tepat tanggal 22 November 2011 aku tiba di Kota ini untuk melaksanakan sebuah amanah yang diberikan padaku. Hingga pada tanggal 18 Oktober 2012 telah menyelesaikannya. Terlalu banyak hal yang tidak bisa dilupakan dan akan ku kenang.

Awal kedatangan itu merupakan kebingungan pertama, mau tinggal dimana ? sholat d masjid mana ? karna lingkungan yang masih asing dengan berbagai budaya dan agama yang berbeda. Namun Qodarullah, Trimakasi untuk sahabat-sahabat ku yang telah membentu mencarikan kos, sepedah, dan berbagai kebutuhan kos :D. Ow iya terimakasih pula ke pada Bapak Kos I Dewa Putu Jaya, serta tetangga kos yang ramah dan baik :) Di mana sih kos ku ? Kos ku berada di Jl. jayagiri gang XXIV (banyak banget gangnnya)

Apa yang saya lakukan di Pulau Dewata ini ?
Menuntut ilmu meski ke Pulau seberang ini dilakukan karena mendapatkan lokasi Pendidikan di Balai Diklat Keuangan - Denpasar sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan untuk Prodip 1 Keuangan pada Sekolat Tinggi Akuntansi Negara. Telah banyak pihak yang telah membantu saya selama kurang dari 1 tahun ini.
Hal yang paling membuat bingung adalah mau ngaji dimana ???
Namun Walhamdulillah Allah memberi petunjuk untuk menuju jalan Tholabul Ilmu,
Jazakumullahu khairan kepada asatidzah di Pulau dewata dan ikhwan yang telah memberi semangat dan dorongan.
Terkhusus kepada Ustadz Ainurrofiq, Ustadz Mizan, Ustadz Haris Hermawan, Ustadz Ahmad Markhan, Ustadz Miftakhul Ulum,  Ustadz Dzulqarnain, Ustadz Anang Setiyono.
Juga Kepada Akhi Ilun dan Badrimin.
Ow iya juga kpd Akhi Bambang Eko P sebagai teman dalam pengajian atau pun di Balai Diklat Keuangan Denpasar.

Terimakasih pula kepada Seluruh Dosen dan Pengajar yang telah membagi ilmunya kepada saya semoga bermanfaat untuk kita semua, Khusus untuk Bpk Trisulo saya tidak akan melupaka pesan bapak pada saat wisuda "ndroo ndang Rabi ndroo" :D
Juga seluruh Pagawai dan Staf di Balai Diklat Keuangan Denpasar,serta Teman-temanku di Prodip 1 Keuangan di Denpasar.

Iya mungkin tidak bisa dibandingkan antara ucapan terima kasihku dengan ilmu yang bermanfaat ini, semoga asatidzah, dosen, teman-teman selalu dilindungi oleh Allah Azza Wa Jalla,

Tak ada Gading yang Tak retak, Saya selaku manusia biasa memohon maaf kepada semua orang yang pernah mengenal saya mungkin ada salah-salah kata atau tindakan. Juga kepada asatidzah afwan pernah bolos kajian dan tidak bawa kitab.

Sekelumit kata-kata ini yang bisa ditulis ditengan kesibuka menjelang kepulangan, bila ada kesempatan dan umur lagi Insya Allah saya akan mengunjingi antum semua keluarga ku di Denpasar. Jazakumullahu Khairan Katsir.

Jum'at cerah 3 Dzulhijjah 1433 H, di Kos Denpasar.
Hamba yang lemah.

Indra Satya



Kamis, 12 Juli 2012


Yakin dan Tawakkal (bagian 1)


Yakin dan tawakkal? Mungkin kedua kata ini sering kita dengan kekita kita sedang dalam suatu urusan apapun. Misal saat ujian-ujian di Sekolah kita bisa yakin bahwa kita mampu mengerjakan dan tawakkkal menyerahkan pada Allah hasilnya nanti. Lalu apakah itu Yakin dan Tawakal ???

Berkata Syaikh Prof. Dr. Abdurrozaq bin Abdul Muhsin Al Abad Al Badr -Hafidzhullah- 

Yakin adalah kuatnya iman seseorang yang kokoh tanpa keraguan terhadap Allah -subhanahuwata'ala-. Sementara Tawakkal adalah seseorang yang bersandar pada Allah, dan menyerahkan seluruh urusan dunia dan akhirat  kepada Allah -subhanahu wata'ala-
Itulah pengertian tentang Yakin dan Tawakkal, dan kedua sifat hati ini sangat penting bagi diri kita.

Dalam kitab yang sudah populer yaitu Riyadush Shalihin terdapat bab khusus yang menjabarkan tentang kedua hal ini. Tepatnya di Bab 7 Yakin dan Tawakkal. 


Dan disebutkan dalam kitab tersebut Allah -subhanuhuwata'ala- berfirman pada QS. Ali Imran : 29 yang artinya
"Maka apabila engkau telah bertekad maka bertawakkallah kamu kepada Allah"


Penulis mengambil tema tentang hal ini terkait kisah seseorang yang sedang berusaha untuk yakin dan tawakkal dalam menjalani hidupnya yang saat ini dalam masa2 remaaja. Akan penulis sebutkan kisahnya secara ringkas.
Bahaya Maksiat

بسم الله الرحمن الرحيم  
الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهديه إلى يوم الدين أما بعد 
Alhamdulillah kali ini penulis bisa melanjutkan penulisan di blog ini, yang karena kehendak Allah penulis memiliki berbagai kesibukan. Dalam kesempatan ini penulis hanya inngin berbagi tentang apa saja bahaya maksiat yang sedang melanda banyak kaum muslimin di berbagai belahan dunia. Dan apasaja efek dari berbuat maksiat tersebut.

Pembahasan tentang bahaya maksiat ini tidak akan dipaparkan oleh penulis namun akan dipaparkan dalam sebuah rekaman kajian dari Ustadz. Abdullah Amin -hafidzahullah- yang akan memaparkan secara ringkas  apa saja penyebab dan efek dari berbuat maksiat. Rekaman ini dapat di unduh di



 

Rabu, 02 Mei 2012

Apa susahnya ?

          Segala puji hanya bagi Allah -subhanahu wa ta'ala-. Kami panjatkan puji syukur kepada-Nya, hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan. kami berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri kami dan keburukan amal kami. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa Dia sesatkan, maka tidak akan ada seorangpun yang mampu memberinya petunjuk.
          Aku bersaksi bahwa tiada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan hanya Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RAsul-Nya
         Amma ba'du,

Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim selain itu juga termasuk sebuah ibadah yang mulia di sisi Allah -azza wa jalla-. Tak seorang pun yang pandai tanpa menuntut ilmu dan tak seorangpun faham akan suatu masalah kecuali dengan ilmu. Terlebih lagi dengan ilmu syar e yang mana seseorang dapat mendapat berbagai ilmu tentang dunia dan akhirat. sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah -Shallallâhu 'Alaihi Wasallam- dalam sabdanya : "Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga" (HR. Muslim)

Senin, 23 April 2012

Antara “Ngaji” dan “Ngurusi” Fitnah

Kali ini, mata saya tertarik membaca sebuah note facebook teman, al-akh Wira Mandiri Bachrun (ikhwan MIPA UGM yang kini menimba ilmu di Darul Hadits Syihr, Hadramaut – Yaman). Beliau -jazahullah khairan-menuliskan faidah yang sangat penting dan perlu kita renungkan bersama. Judul aslinya adalah Antara Silsilah Durus, Kita, dan Fitnah. Berikut ini pesan nasehat beliau:
 —
-
Di awal-awal saya tiba di Yaman, seorang teman Yamani meminjamkan sebuah kitab yang berjudul Minhaj Thalibil Ilmi. Kitab yang ditulis oleh salah seorang murid Asy Syaikh Muqbil ini berisi silsilah durus, daftar kitab yang dipakai oleh para ulama dan harus dipelajari oleh seorang penuntut ilmu agar bisa mapan dalam ilmu. Begitu membaca satu persatu judul kitab-kitab tersebut saya baru sadar bahwa perjalanan ini akan sangat panjang. Seingat saya, di antara judul kitab-kitab tersebut:

 Dalam bidang tauhid:
 Al Qawaidul Arba’
Al Qoulul Mufid fi Adillatit Tauhid
Al Waajibat Al Mutahattimaat
Al Ushul Ats Tsalatsah
Kitaabut Tauhid Kasyfu
Asy Syubuhaat Tathiirul I’tiqaad
 Fathul Majid
 Taisir Azizil Hamid

Kamis, 12 April 2012

Bukannya Aku Tak Peduli

Aku jarang mengirimkan pesan atau SMS padamu, jarang menanyakan bgaimana dirimu saat ini d'sana



Bukannya aku tak peduli padamu tapi aku ingin mnjaga dirimu dan diriku dari jerat syaithan yang menyelusup halus ke dalam hati kita


Andaikan kalo dirimu lah yg d'halalkan-Nya buatku, aku akan menjagamu, memanjakanmu semampuku. . .Dengan izin-Nya

insya Allah

(copast status teman) :)

Minggu, 08 April 2012

Ya Ukhty....! Aku Mencintaimu Utuh Tak Tersentuh

Copast dari Akh Imam Syafii -semoga Allah menjaganya- dari Akh Muhammad Nur Faqih -semoga Allah menjaganya-

======

Jika ada yang bertanya, bagaimana aku memandang perkara jodoh, maka akan ku jawab, bagiku sama saja kau menanyakan keyakinanku tentang kematian..
Jodoh dan kematian adalah rahasi-Nya yang tersembunyi dalam tabir keghaiban-Nya, dan tersimpan dengan indah dalam tiap lembar daun di lauhul mahfuzh..
Lalu apa yang ku khawatirkan? Dan kenapa pula ku harus mengejar? Tidak, aku tak sudi.. Ku katakan padamu wahai para wanita perhiasan terindah dunia..

Jangan pernah mengobral murah kehormatanmu untuk hal yang kau sendiri tak yakin kehakikiannya? Pahamkah maksudku?
Ku tanya padamu, pernahkah kau jatuh cinta?
Ku akui, akupun juga… Tapi tak pantas bagi kita mengumbar rasa itu.. Rasa yg entah akan berlabuh di mana?

Lalu pikirkan, jika dia yang kau cinta, yang mengganggu tidurmu, membuatmu menangis karena rindu, ternyata bukan atau mungkin tak kan pernah menjadi pendampingmu, atau bukan kau yang dia pilih? Tak malukah? Tak malukah?
Lalu, apa masih mampu kau tatap wajah suamimu kelak dengan cinta yang seutuhnya jika ternyata dulu kau pernah menaruh separuh hatimu pada lelaki lain…


Wahai para lelaki, tak cemburukah? Tak cemburukah? Tak cemburukah kau jika saat ini wanita yang kau pilih kelak sedang menyerahkan hatinya pada lelaki selainmu, namun ternyata kau yang akan meminangnya.
Tak sakit hatikah bila ketika bersamamu, ternyata dia tengah membandingkanmu dengan sosok lain dalam hatinya? Tak sedihkah? Tak sakitkah? Tak cemburukah? Jika kau, para lelaki, menjawab ‘ya’ maka, itu pula yang kami, wanita, rasakan..
Takkan pernah bosan ku ingatkan, bahwa yang akan berlaku tetaplah ketetapan-Nya…. Sekuat apapun usaha kalian jika tak sejalan dengan kehendak-Nya, maka tak akan pernah terjadi.. .
Lalu, buat apa kau mubazirkan waktumu? Untuk apa Kau kuras energi? Kerana apa kau habiskan airmatamu?…. untuk orang yang belum tentu menjadi milikmu? Untuk apa?
Dan ku katakan padamu. Mungkin kau yang akan memilihku belum ku cinta saat itu. Tapi ketahuilah, karena kau memilihku, kau ku cinta…
Bukankah jatuh cinta adalah sebuah proses? Akan ada sebab, akan ada hal yang membuatku jatuh cinta padamu, dan kau pun akan mencintaiku.. Dan ketika itu terjadi, semua telah terangkai dengan indah dalam kerangka kehalalan, dalam ikatan pernikahan yang disebut mitsaqan ghalizhan..
Dan tak akan pernah ada ragu ku katakan kuserahkan cintaku UTUH TAK TERSENTUH, padamu.. Hanya padamu.. ya, hanya padamu dan untukmu duhai cintaku….,

Sabtu, 07 April 2012

Untukmu wahai sahabatku....(bagian - 1)

بسم الله الرحمن الرحيم


Assalamu’alaykum ya akhi. Bagaimana kabarmu disana? Semoga baik-baik dan selalu dalam perlindungan Allah –azza wa jalla-. Wahai sahabat ku, aku menulis beberapa kalimat ini adalah sekedar untuk menyambung silaturahmi kita yang telah lama tak bersua dalam pertemuan langsung. Alhamdulillah saya telah bertemu dengan mu wahai sahabatku, seorang yang telah ku kenalsemenjak masa kanak-kanan hingga sekarang sehingga engkaulah yang paling banyak tahu tentang aku saat masa kanak-kanak hingga remaja sekarang ini. Wahai sahabatku, dalam tulisan singkat ini saya ingin mengungkap kisah persahabatan kita semasa kecil yang masih lekat diingatanku agar menjadi abadi maka kububuhkan dalam tulisan ini. Sehingga bisa kita jadikan sebuah dokumentasi tentang perjalanan hidup kita dan menjadi sebuah rujukan bila terdapat hikmah yang terkandung di dalamnya.

 Mengapa aku menulis surat tentang dirimu wahai sahabatku? Karena aku khawatir akan sebuah fitnah akhir zaman yang mana akan merenggut kebanyakan manusia di saat itu. Dan aku tidak mau engkau terjerumus kedalamnya sehingga melupakan dien ini. Dalam sebuah hadist di sebutkan bahwa Dari Tsauban ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: “ Akan terjadi masa dimana umat-umat diluar islam berkumpul disamping kalian wahai umat islam. Sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang menyantap hidangan. Lalu seorang Sahabat bertanya: ‘Apakah kami pada saat itu sedikit wahai Rasulullah? “Beliau menjawab: “Tidak. Bahkan ketika itu jumlah kalian banyak. Akan t...etapi kalian ketika itu bagaikan buih dilautan. Ketika itu Allah hilangkan dari musuh-musuh kalian rasa segan dan takut terhadap kalian dan kalian tertimpa penyakit wahn. Sahabat tadi bertanya lagi : ‘wahai Rasulullah apa yang baginda maksud dengan wahn itu? , Rasulullah menjawab: “cinta dunia dan takut mati. (H.R.Abu Dawud. Shohih lighairihi) .

 aku lupa kapan tepatnya kita telah berkenalan, saat di Taman Kanak-Kanak ataukah sebelumnya. Karena dimungkinkan sebelum menginjak ke TK kita sudah berkenalan disebabkan karena dekatnya jarar rumah kita hehe.... Aku mengenalmu dengan nama WEV (inisial) seorang yang menjadi teman yang paling dekat dengan ku kala kanak-kanak, masa kanak-kanak merupakan masa bermain yang paling menyenangkan. TK kita yaitu TK Kemala Bhayangkari yang terletak disamping kompleks perumaha dari Polisi membuat kita menjadi tidak asing dengan dunia Kepolisian. Meskipun baru berkenalan saat di TK namun kelurga kita nampaknya juga menjadi dekat semenjak persahabatan kita ini. Tidak pernah ku lupakan saat bibimu mengungkapkan keluguan masa kanak-kanak ku saat ku berkunjung di rumahmu. Sebut saja kenakalan yang pernah kita lakukan yaitu menatto kaki dengan tatto mainan haha :D. Dalam perjalanan mengarungi pendidikan di TK selesai sudah. Setelah itu tanpa disangkan engkau masuk di Sekolah Dasar dimana akupun berada disana. Dan tanpa disangka pula di sekolah inilah aku mendapatkan banyak pengalaman yang menjadi dasar dalam hidupku kini. Sekola itu adalah SD Negeri Pare II, sekolah yang terletak di depan jantung Kota Pare tercinta. Sekolah yang kecil namun memiliki kenangan tersendiri bagi ku.

Engkau adalah teman yang mampu memberikan arti apa itu sahabat, yang selalu berbagi dalam keadaan susah dan senang, yang selalu bermain setiap saat denganku, yang hampir setiap hari aku menumpang pulang bersamamu, dan yang ‘selalu mengalah dalam banyak hal kepadaku’. Saya ucapaka jazzakumullah khoir ya akhi . Bukan hanya itu jasa-jasamu telah banyak ku rasakan sehingga aku menjadi seorang yang bisa mandiri dan semangat dalam berbagai aktifitas. Karena saat itu adalah masa SD maka wajar bila kita selalu bersaing untuk jadi yang terbaik. Dua hal yang belum bisa ku ungguli dari dirimu saat itu adalah. Engkau pandai bermain gitar dan berenang. Dan saat itu aku sangat menginginkannya. 


 Ingatkah engkau saat sore hari kita dan teman-teman lain selalu bermain basket di lapangan Perbaspa kala itu. Engkaulah yang mengajarkan ku, keberanian dan kepercayaan diri tinggi serta cara bekerjasama tim yang solid dalam permainan basket. Sekali lagi ana ucapkan terima kasih yang banyak. Apatah lagi sudah tidak bisa kuhitung berapakali engkau mentraktir ku semasa kecil. Inilah wujud sifat kedermawanan, setia kawan, dan persaudaraan yang terlihat dari dirimu. Namun satu ya akhi yang aku tidak terlalu suka dengan sifatmu. Tapi maaf sebelumhya bila ini tidak enak padamu. Engaku sudah berpacaran saat SD, haduh setan mana yang sudah merasuk dalam jiwamu ini kawan. Saat itu aku sudah berfikir apasih yang dilakukan anak SD berpacaran? Apajuga manfaat yang kita dapat? Dan dari situ aku dapat menyimpulkan bahwa lebih baik punya teman banyak dari pada teman cwe satu hehe.... 

Damapak yang siknifikan dari itu adalah terdapatnya celah dari persahabatan kita, yang tidak kita sadari menjadi melebar dan hampir-hampir tidak ada jalinan silaturahmi sekarang. Saat itu seingatku kita duduk di bangku SD saat itu ada seorang teman cwe yang bisa disebut ‘bunga kelas’ karena kecantikannya kala itu. Anehnya banyak teman-teman cwo yang pada suka sama dia, sehingga membuat persaingan diantara para cwo kala itu. Hufh sungguh aneh masa SD itu. Seingatku kita dulu pernah mempunyai teman yang sangat akrab lainnya, yaitu ADH dan RYES. Namun karena ADH harus pindah saat berada di bangku kelas 5 terputuslah silaturahmi kita. Saat menulis surat ini pikiranku terbayang-bayang masa SD yang penuh canda tawa dengan kawan-kawan itu namun yang menjadi obyek pemikiran adalah dirimu. Terbersik dalam ingatanku bahwa engkau adalah teman yang paling ‘cool’ saat itu dan paling banyak dipuja-puja teman-teman cwe haha :D. Memori lain yang terbersit dipikiranku adalah persaingan di kanca perebutan juara kelas yang notabene saat itu teman-teman sekelas adalah teman yang luar biasa pintar-pintarnya terbukti dengan hasil mereka memasuki universitas yang terdepan di Indonesia ini. 

Persaingan ketat ini membuatku belajar dengan giat karena melihat engkau yang ternyata les private . namun ya Qodarullah aku mampu membuktikan bahwa masih termasuk siswa yang tidak bisa dianggap remeh kala itu. Insya Allah secarik kertas ini dapat mengembalikan memori kenangan persahabatan masa kecil kita itu, dan dapat menyambung tali silaturahmi kita lagi. Dan insya Allah bila masih diberi umur lagi akan aku lanjutkan surat ini dalam bentuk cerita sehingga kita mampu untuk mengorek kenangan-kenangan masa lalu yang menyenangkan. dan dalam surat berikutnya akan disebutkan tentang teman-teman SD yang selalu melekat pada diriku ini.

 Penutup dari surat ini saya bawakan sebuah hadist yang dapat mengingatkan akan makana persahabatan kita. Persahabatan yang dilandaskan saling cinta karena Allah itulah yang akan mendapatkan manisnya iman, sebagaimana Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya,"Ada tiga perkara yang apabila seseorang memilikinyaakan mendapatkan manisnya iman, yaitu Allah dan Rosul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, diamencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah membebaskan darinya sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api." (HR. Bukhari) 

Akhirukalam, semoga Allah -azza wa jalla- memberikan hidayah untukmu dan selalu menjagamu. Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarokatuh... 
 Sabtu, 7 April 2012 suasana hening di Kota Denpasar. dari sahabatmu Indra Satya.

Kamis, 05 April 2012

Air Mata Takwa

Sesungguhnya, menangis bukanlah monopoli kebutuhan anak kecil dan kaum wanita. Dalam agama Islam yang mulia ini, sebuah tangisan kadang kala sangat dibutuhkan oleh siapa saja, baik kaum pria maupun wanita. Memang, tetesan air mata manusia menyimpan beribu makna. Air mata yang diteteskan oleh seorang hamba karena takut kepada Rabbnya memiliki makna dan nilai yang sangat tinggi di sisi-Nya. Bagaimana tidak, tangisan seperti itu dapat menyelamatkan dirinya dari jilatan api Neraka yang menyala-nyala.





Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ

وَلاَ يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ

“Tidak akan masuk Neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, hingga air susu dapat kembali kepada ambingnya (kantong kelenjar susu binatang ternak), dan tidak akan berkumpul antara debu medan jihad fii sabiilillaah dengan asap Neraka Jahannam.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 1333; an-Nasa-i, no. 2911 dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam al-Misykaah, no. 3828)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa seseorang yang menangis karena takut kepada Allah, disentuhkan apinya pun tidak. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ

وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh api Neraka, yakni mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga karena siaga (saat berjihad) di jalan Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 1338 dan dishohihkan oleh al-Albani dalam al-Misykaah, no. 3829)

Tidak hanya itu, orang yang menangis karena takut kepada Allah juga dijamin akan mendapatkan cinta Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ،

قَطْرَةٌ مِنْ دُمُوْعٍ فِيْ خَشْيَةِ اللهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهَرَاقُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ،

وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَأَثَرٌ فِيْ فَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللهِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain dua tetesan dan dua bekas. Yaitu, tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang mengalir (saat jihad) di jalan Allah. Adapun dua bekas, yaitu bekas dari berjihad di jalan Allah dan bekas dari menunaikan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 1363 dan dihasankan oleh al-Albani dalam al-Misykaah, no. 3837)

Tengisan karena takut kepada Allah merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Tangisan ini murni muncul dari kesadaran manusia yang takut terhadap adzab-Nya disebabkan dosa-dosa yang selalu dia perbuat.

Tak dapat dipungkiri, manusia dengan segala aktivitas keduniaannya acap kali lupa mengingat Penciptanya. Ibadah pun kerap kali terabaikan. Dunia telah begitu menyibukkan. Akhirat yang seharusnya dikejar akhirnya terlupakan. Mereka kian jauh terseret oleh gemerlapnya alam fana ini hingga tidak ingat lagi terhadap tugas utamanya berada di dunia.

Mereka juga semakin jauh dan jauh dari Allah Ta’ala hingga pelan-pelan melupakan-Nya. Semakin menusia menjauh dari-Nya, maka semakin ia mendekati dosa dan terjerembab ke dalam dosa-dosa, tergelincir dari jalan yang lurus.

Jiwa manusia menjadi hampa karena dosa-dosa dan hati mereka pun menjadi keras karenanya. Akibatnya, mata mereka tidak lagi dapat menangis dan meneteskan air mata; hati tidak dapat lagi merasakan manis dan lezatnya iman, kecuali mereka yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun sedikit sekali dari mereka yang demikian.

Manusia seperti ini tidak akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di Akhirat, kecuali jika ia segera bertaubat kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, tidak mengulangi perbuatan maksiatnya, dan menangisi dosa-dosanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طُوْبَى لِمَنْ مَلَكَ لِسَانَهُ، وَوَسِعَهُ بَيْتُهُ، وَبَكَى عَلىَ خَطِيْئَتِهِ

“Berbahagialah orang yang dapat menjaga lisannya, merasa betah di rumahnya (untuk beribadah), dan menangisi dosanya.” (Diriwayatkan oleh ath-Thobroni dalam al-Ausath, no. 2340 dan kitab Mu’jamush Shoghiir, no. 212. Beliau mengatakan bahwa sanadnya hasan. Hadits ini dihasankan pula oleh al-Mundziri dalam kitab at-Targhiib wat Tarhiib, IV/233. Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan dalam kitab Shohiih at-Targhiib wat Tarhiib, no. 3332 bahwa hadits ini hasan li ghoirihi).Orang yang menangisi dosa-dosanya sebagai tanda penyesalan, dijamin oleh Allah Ta’ala akan selamat dari akibat buruk dosanya, baik di dunia dan di Akhirat.

‘Uqbah bin ‘Amr pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا النَّجَاةُ؟

قَالَ: أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيْئَتِكَ

“Wahai Rasulullah, bagaimana cara memperoleh keselamatan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jagalah lisanmu, hendaklah engkau merasa betah di rumahmu (untuk beribadah), dan tangisilah dosamu.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2406; Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 2/9; al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, no. 8079. Hadits ini dishohihkan oleh al-Albani dalam ash-Shohiihah, II/581-584).


Saudaraku yang kami muliakan, menangis kadang terasa sulit, apalagi ketika pesona dunia yang begitu indah menggoda di pelupuk mata. Tapi justru pada saat-saat itulah tangisan sangat tinggi nilainya di sisi Allah Ta’ala. Tangisan seorang hamba karena takut andaikata Allah meninggalkannya atau mengabaikannya akibat dosa-dosa yang telah menumpuk tinggi dan menghitam-legamkan hati. Inilah tangisan yang akan membuka pintu ridho dan cinta-Nya, serta menghalau murka dan adzab-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau adalah orang-orang yang sangat kokoh keimanannya, namun mereka banyak menangis karena takut kepada Allah Ta’ala. Bagaimana dengan kita yang imannya lebih banyak menurun?!



Penulis: Muhaimin Ashuri

Artikel www.attaubah.com, dipublish ulang oleh www.remajaislam.com

Kamis, 15 Maret 2012

Siapakah Orang Yang Sukses ?

[Amanah Untuk Diterjemahkan Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-'Abbad Al-Badr]


Oleh: Fadhilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin
Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah


Terjadi pembicaraan disebagian majelis manusia tentang kesuksesan, tentang orang-orang sukses, tentang sebab-sebab sukses, siapakah orang yang sukses, dan siapakah sang pemenang. Sebuah kata yang selalu diulang-ulang disebagian majelis dan terbatas pemahaman tentang kesuksesan beserta makna-maknanya dalam pemahaman sebagian manusia hanya berkisar pada kesenangan-kesenangan yang pasti akan hilang dan perkara-perkara yang fana.

Disana terdapat pembicaraan tentang kesuksesan dalam persaingan bisnis, dalam perlombaan olahraga, dalam muamalah-muamalah yang diharamkan seperti perjudian dan yang lainnya. Bermacam–macam pembicaraan tentang kesuksesan, apa itu kesuksesan, hakikatnya, bidang-bidangnya dan sebab-sebabnya.
Hilang dari pikiran kebanyakan manusia kesuksesan besar yaitu ketika berjumpa dengan Rabb semesta alam, kesuksesan dengan mendapat ridha Allah, selamat dari Azab-Nya, dan masuk kedalam surga-Nya. Hilangnya makna seperti ini dari kebanyakan pikiran manusia yang bergelimang dalam kesenangan-kesenangan dunia beserta kelezatan-kelezatannya dan syahwat-syahwatnya.
“Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang Sebenarnya kehidupan, kalau mereka Mengetahui”. (Al ‘Ankabuut:64)

Wajib atas setiap muslim untuk terus-menerus mengingat kesuksesan terbesar, kemenangan agung dan keberuntungan yang nyata pada hari ketika berjumpa Allah Tabaaraka wa Ta’ala.
Renungkanlah bersama aku -wahai orang yang beriman- dalam kesempatan ini dengan mengingat dan memikirkan tentang kesuksesan agung beserta hakekatnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.( Ali ‘Imran:185).

Di sinilah kedudukan orang-orang yang sukses lagi beruntung yaitu orang-orang yang Allah berikan nikmat atas mereka berupa kesuksesan hakiki yang agung.

Sesungguhnya kesuksesan itu adalah selamat dari yang ditakuti dan mendapatkan yang diharapkan.
Dan keduanya ini terkumpul dalam diri orang-orang beriman yang menjadi ahli surga. Allah Tabaaraka wa Ta’ala menyelamatkan mereka dari neraka dan memberikan nikmat atas mereka dengan masuk ke dalam surga dan ini adalah hakikat kesuksesan.

Apa yang ditakuti lebih besar dari api neraka?
Apa yang diinginkan lebih besar dari surga?


Untuk inilah sepatutnya masing-masing dari kita selalu mengingat keadaan yang agung ini dan kita semua pasti akan menuju kepadanya.

Telah disebutkan di Sahih Muslim dari hadist Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu bahwasanya Nabi Muhammmad Shalallahu ’Alaihi wa Sallam Bersabda: “Kemudian dipasang jembatan diatas neraka jahanam dan dibolehkan syafaat dan merekapun berdoa: ya Allah selamatkan –selamatkanlah. Ada yang bertanya wahai Rasulullah apakah jembatan itu? beliau menjawab : Tempat yang licin yang menjadikan telapak kaki tergelincir dan tidak bisa menetap, disana ada alat pengait (semacam gancu/jangkar) dan duri kuat yang terbuat dari besi, di negeri Najd ada yang seperti itu didalamnya ada durinya dikenal dengan sebutan As-sa’dan. Lalu lewatlah orang-orang yang beriman seperti kedipan mata dan seperti kilat dan seperti tiupan angin dan seperti burung dan seperti kuda pacu dan seperti jalannya onta. Maka ada orang yang selamat dan ada yang terkena sayatan kulitnya namun setelah itu dia juga selamat dan ada pula yang terkena kaitan itu lalu dilempar sehingga jatuh ke dalam neraka jahanam”.

Renungkan keadaan ini dan kamu pasti menuju kepadanya sedang manusia diatas jembatan ini terbagi menjadi 3 kelompok yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shalallahu ’Alaihi wa Sallam.
Renungkan ketiga kelompok ini; dan renungkanlah lewatnya manusia di atas jembatan yang diletakkan di atas neraka jahanam, bayangkan keadaanmu ketika kamu berada diatas jembatan ini yang disebutkan didalam sebagian hadist bahwa ia lebih lembut dari rambut, dan kamu telah meletakkan telapak kakimu diatasnya sedang dihadapanmu dan dibelakangmu ada manusia yang selamat dan adapula yang terkena sayatan tapi selamat dan adapula yang terkena kaitan lalu masuk kedalam neraka jahanam.
Orang yang selamat diantara mereka berbeda-beda dalam kecepatan ketika melewatinnya, diantara mereka ada yang lewat seperti kilat dan seperti hembusan angin dan seperti kuda pacu, tergantung perbedaan mereka dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam kehidupan ini. Maka pikirkanlah tentang kedaanmu ketika kamu termasuk diantara mereka dan kamu pasti menuju kepada kedudukan ini.
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”. (Maryam: 71-72)
Apakah kamu termasuk mereka yang sukses lagi beruntung ataukah kamu bukan termasuk golongan mereka .

Apabila kamu bertanya wahai orang yang beriman, apa sifat orang-orang yang sukses itu? dan apa amalan-amalan mereka yang menjadikan mereka bisa meraih kesuksesan agung ini?Kamu akan mendapati jawabannya didalam kitab Allah ‘Azza wa Jalla bahkan kamu akan mendapatinya dalam satu ayat Al-Quran yang terkumpul untukmu sebab-sebab kesuksesan dan keberuntungan, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan”.(An-Nuur:52)
Sesugguhnya ada 4 sifat yang apabila terkumpul dalam diri seorang hamba pasti dia termasuk menjadi orang-orang yang sukses:

1. Taat kepada Allah.
2. Taat kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam.
3. Takut kepada Allah dan berhenti dihadapanNya Subhanahu wa ta’ala.
4. Bertakwa kepada Allah Jalla wa ‘Alaa dengan meninggalkan berbagai kemaksiatan dan dosa.
Barang siapa yang mempunyai sifat seperti ini dan keadaannya seperti ini sesungguhnya dia menjadi termasuk orang-orang yang sukses.

Kemudian ingatlah keadaan orang-orang yang sukses itu, apa yang mereka dapatkan setelah mereka selamat dari api neraka, terbebas dari azabnya dan selamat dari masuk kedalamnya? dan apa yang Allah sediakan untuk mereka yang sukses itu?
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, Dan gadis-gadis remaja yang sebaya, Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta. Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak” .(An-Naba:31-36)

Aduhai betapa agung keadaan itu dan betapa indah tempat kembali itu, Allah Azza wa Jalla membebaskan mereka dan menyelamatkan mereka dari api neraka sehingga mereka bisa melewati Shirat ( jembatan) dan mereka masuk kedalam surga dan mereka meraih kenikmatan yang terus menerus. Renungkan dalam kedudukan ini ketika ahli surga masuk kedalam surga melalui pintunya dengan kesuksesan terbesar dan mendapatkan keuntungan paling agung:
” (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka): “Pada hari Ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar”. (Al-Hadid:12)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar”. (Al-Buruj:11)


Apakah ada kesuksesan yang dicari yang lebih besar dari ini?!.
Sungguh ini adalah puncak dari semua puncak dan akhir dari semua akhir, yaitu mereka telah sukses mendapatkan keridhaan Rabb penguasa bumi dan langit, mereka bahagia dekat dengan Allah Subhanahu, merasakan kelezatan bermunajat, dan mereka mendapat nikmat berupa memandang wajah Allah yang maha mulia dan ini adalah nikmat paling agung dan kelezatan yang paling sempurna.
Maka pikirkanlah tentang keadaanmu dan tempat kembalimu pada kedudukan yang agung ini, dan renungkanlah makna-makna ini dan jangan sampai membuatmu tersibukkan -wahai orang yang semoga Alah membimbingmu- kesenangan-kesenangan dunia daripada kesuksesan yang nyata ini.

Wajib atas mukmin untuk terus-menerus dan selamanya sepanjang hari-harinya dan malam-malamnya selalu mengingat kedudukan yang agung ini dengan melakukan sebab-sebab yang bisa menyelamatkan dari murka Allah dan Azab-Nya serta melakukan sebab-sebab yang menjadikan kesuksesannya dengan mendapatkan surga Allah dan kenikmatannya:
“Sesungguhnya Ini benar-benar kemenangan yang besar. Untuk kemenangan serupa Ini hendaklah berusaha orang-orang yang beramal”.(As-Shaafaat:60-61).

Berkata As-Syaikh As-Sa’di Rahimahullahu tentang tafsir ayat ini: “Maka ini adalah yang paling layak untuk dipersembahkan apapun yang paling berharga demi meraihnya dan yang paling patut untuk bersungguh-sungguh orang yang mengenal Allah lagi cerdas demi mendapatkannya. Dan penyesalan yang sebenar-benarnya penyesalan adalah terlewatnya sedikit waktu dalam keadan tidak menyibukan diri dengan beramal amalan yang bisa mendekatkan kepada tempat ini (surga), maka bagaimana pula jika dia berjalan dengan kesalahan-kesalahannya menuju ke lembah kebinasaan?!”.

Dan aku memohon kepada Allah denga nama-nama-Nya yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Tinggi agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang sukses sebenarnya, yang selamat sejujurnya dan supaya dia memberi taufik kepada kita untuk taat kepada-Nya dan agar mendapatkan ridha-Nya dan menunjukan kami kepada jalan yang lurus, sesungguhnya Rabbku adalah Maha Mendengar doa, Dia layak untuk diharapkan, Dia adalah yang memberikan kecukupan kepada kita dan Dia sebaik-baiknya yang diserahi urusan.

Keterangan:
Fadhilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah adalah Dosen Ilmu Aqidah Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah dan Pengajar Tetap di Masjid Nabawi Madinah An-Nabawiyyah KSA.

Materi ini berasal dari salah satu khotbah beliau yang terdapat di wesite resmi beliau www.al-badr.net, ini link untuk teks Arabnya;
http://www.al-badr.net/web/index.php?page=article&action=article&article=22

Beliau bercerita kepada kami bahwa yang menjadikan beliau tertarik mengangkat topik ini adalah karena saat itu kebanyakan manusia sedang disibukkan oleh piala dunia sepak bola sehingga mereka selalu berbicara tentang bola dan tentang juaranya.

Beliau mengamanahkan kepada kami [Abdullah Sholeh Hadrami] untuk menerjemahkan materi ini karena rencananya akan beliau sampaikan pada waktu Pengajian Umum 18/02/2012 di Masjid An-Nur Jagalan Malang, akan tetapi karena keterbatasan waktu beliau hanya sempat menyampaikan materi ‘Saling Berpesan Untuk Berkasih Sayang’. [QS 90 Al-Balad Ayat 17].
Terima kasih kepada ikhwah yang telah membantu pengetikannya, jazakumulloh khoir.
Semoga Bermanfaat. [Abdullah Sholeh Hadrami].



source : http://www.kajianislam.net/2012/02/siapakah-orang-yang-sukses/

Rabu, 07 Maret 2012

Bedanya Hanya Lima Menit


Tulisan ini sebuah renungan untuk menyisihkan sedikit waktu untuk ibadah, apalagi dengan banyak waktu. Terinspirasi dari teman saya yang setiap hari lewat di hadapan saya, seorang muadzdzin di masjid kantor saya, setiap itu pula saya melihat jam, selalu menunjukkan 5 menit sebelum waktu adzan shalat fardhu. Sejenak saya berfikir beberapa hal karenanya.

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya 5 menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala mengumandangkan adzan, yang akan dipanjangkan lehernya di hari kiamat.

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ».

“Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Para muadzdzin adalah orang-orang yang paling panjang lehernya di antara manusia pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1031)

Yang dimaksud “yang paling panjang lehernya di antara manusia pada hari kiamat” adalah;

Pertama, mereka adalah orang yang paling banyak harapannya pada saat orang-orang dalam kesusahan sedangkan mereka (para muadzdzin) sangat berharap diizinkan bagi mereka untuk masuk surga.

Kedua, mereka (para muadzdzin) sangat dekat dengan Allah.

Ketiga, mereka (para muadzdzin) tidak akan tenggelam di dalam keringat mereka, karena sesungguhnya manusia pada hari kiamat mereka berada di dalam keringat mereka sesuai dengan kadar amalan-amalan mereka.

Keempat, mereka (para muadzdzin) akan menjadi pemimpin-pemimpin pada hari kiamat. Orang Arab mengungkapkan kepemimpinan dengan panjang leher.

Kelima, mereka (para muadzdzin) tidak akan hina dan menundukkan pandangannya pada hari kiamat malu. (Lihat kitab At Taisir Bisyarh Al Jami’ Ash Shaghir, karya Al Munawi dan kitab An Niayah Fi Gharib Al Atsar, karya Ibnu Al Atsir).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala duduk di shaf pertama yaitu sangat besar sampai boleh berundi untuk mendapatkannya.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ»

“Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang di shaf pertama.” (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At Tarhib, no. 492).

Maksud dari “Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang dishaf pertama” adalah:

Pertama, Allah merahmati atas orang-orang yang shalat di shaf pertama dan para malaikat berdoa bagi mereka mendapatkan taufik dan yang lainnya. (Lihat kitab Mir’atul Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, karya Al Mubarakfuri).

Kedua, Allah Ta’ala memuji orang-orang yang shalat di shaf pertama di hadapan para malaikat dan para malaikat mendoakan mereka mendapat ampunan, rahmat dan berkah. Lihat pada kitab Shahih Bukhari pada bab:

قَوْلِهِ (إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا»

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya maka niscaya mereka akan berundi, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam shalat isya’ dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam keadaan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

فقوله : ( ( لو يعلم الناس ما في النداء والصف الاول ) ) – يعني : لو يعلمون فيهما من الفضل والثواب ، ثم لم يجدوا الوصول اليهما الا بالاستهام عليهما – ومعناه : الاقراع – لاستهموا عليهما تنافساً فيهما ومشاحة في تحصيل فضلهما واجرهما .

Sabda beliau: “Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama”, maksudnya adalah jikalau mereka mengetahui di dalam keduanya terdapat berupa keutamaan dan ganjaran pahala, kemudian merela tidak mendapati untuk mendapatkan keduanya kecuali dengan berundi atasnya maka niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkan keduanya sebagai bentuk persaingan dan ingin mendapatkan keutamaan dan pahala keduanya.” (Lihat kitab Fath Al Baari, karya Ibnu Rajab).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala sebanyak jamaah yang shalat karena panggilan adzannya.

عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله عنه قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمًا الصُّبْحَ فَقَالَ «… وَإِنَّ صَلاَةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ وَحْدَهُ وَصَلاَتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ أَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ مَعَ الرَّجُلِ وَمَا كَثُرَ فَهُوَ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى ».

“Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “…Dan sesungguhnya shalat seseorang bersama satu orang lebih baik daripada shalatnya sendirian, dan shalatnya bersama dua orang lebih baik daripada shalatnya satu orang, dan apa saja yang lebih banyak (jumlah jama’ahnya) maka itu yang paling diskuai oleh Allah Ta’ala.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At targhib wa At Tarhib, no. 411).

Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah berkata,

وهذا يدل على فضل الجماعة؛ لأن صلاة الرجل مع الرجل أزكى من صلاته وحده، وصلاته مع الرجلين أزكى من صلاته مع الواحد، وكلما كان أكثر فهو أحب إلى الله عز وجل، وهذا يدلنا على فضل الجماعة، بل وعلى فضل كثرة الجماعة، وأنه كلما كانت الجماعة أكثر فذلك أفضل وأعظم أجراً عند الله عز وجل.

“Ini menunjukkan keutamaan shalat berjamaah, karena shalat seseorang bersama satu orang lebih baik daripada shalatnya sendirian, dan shalatnya bersama dua orang lebih baik daripada shalatnya satu orang. Dan setiap kali bertambah banyak maka itu yang paling dicintai oleh Allah Azza wa Jalla, dan ini menunjukkan keapda kita tentang keutamaan shalat berjamaah bahkan menunjukkan akan keutamaan banyaknya bilangan shalat berjamaah, yaitu setiap kali bertambah maka hal itu lebih utama dan lebih besar pahalanya di sisi Allah Azza wa Jalla.” (Syarh Sunan Abu Daud, karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah – syamela).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala duduk di dalam masjid menunggu shalat yaitu didoakan oleh para malaikat mendapat rahmat, ampunan dan taubat dari Allah Ta’ala.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَزَالُ الْعَبْدُ فِى صَلاَةٍ مَا كَانَ فِى مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ تَقُولُ الْمَلاَئِكَةُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ حَتَّى يَنْصَرِفَ أَوْ يُحْدِثَ ». فَقِيلَ مَا يُحْدِثُ قَالَ يَفْسُو أَوْ يَضْرِطُ.

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Masih saja seorang hamba terhitung di dalam shalat selama dia di tempat shalatnya menunggu shalat, maka para malaikat berdoa: “Wahai Allah ampunilah dia, rahmatilah dia sampai dia pergi atau berhadats”, ditanya: “Apakah (maksudnya) sampai dia berhadats?” dijawab: “mengeluarkan angin atau kentut.” (HR. Abu Daud).



Di dalam riwayat Muslim,

فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ.

“Jika dia masuk masjid, maka dia ada di dalam shalat selam shalat menahannya dan para malaikat akan bershalawat atas salah seorang diantara kalian selama dia di tempat yang dia shalat di dalamnya, mereka berdoa: “Wahai Allah rahmatilah dia, Wahai Allah ampunilah dia, wahai Allah terimalah taubatnya”, selama dia tidak menyakiti di dalamnya atau berhadats di dalamnya.” (HR. Muslim).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala selalu melaksanakan shalat rawatib yaitu dibangunkan sebuah rumah di surga.

عَنْ أُمَّ حَبِيبَةَ رضي الله عنها تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ»

“Ummu Habibah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat sebnayak dua belas rakaat pada sehari dan semalam, maka dibangunkan baginya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Muslim).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala berdoa diantara adzan dan iqamah, yaitu doanya tidak tertahan dan tertolak.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ»

“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ditolak doa antara adzan dan iqamah.” (HR. Abu Daud).

Ash Shan’any rahimahullah berkata,

والحديث دليل على قبول الدعاء في هذه المواطن إذ عدم الرد يراد به القبول والإجابة ثم هو عام لكل دعاء ولا بد من تقييده بما في الأحاديث غيره من أنه ما لم يكن دعاء بإثم أو قطيعة رحم

“Dan hadits ini adalah dalil yang menunjukkan diterimanya doa pada tempat-tempat seperti ini, karena tidak ditolak dimaksudkan dengannya adalah penerimaan dan pengabulan, ini juga umum untuk setiap dia dan harus dibatasi dengan hadits-hadits lainnya yang menyebutkan bahwa selama bukan doa berupa dosa atau memutuskan silaturrahim.” (Lihat kitab Subul As Salam, karya Muhammad Ash Shan’any, 1/131).

Sebab kenapa dikabulkannya doa antara adzan dan iqamah, mari lihat penjelasannya dari Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizahullah,

عني: في فضله، وأن ذلك من أسباب قبول الدعاء أو من الأوقات التي يقبل فيها الدعاء، وذلك أن الإنسان عندما يكون بين الأذان والإقامة ينتظر الصلاة هو في صلاة وفي عبادة وفي إقبال على الله عز وجل وبعد عن مشاغل الدنيا والحديث فيها والتعلق بها، فيكون ذلك من الأوقات التي يقبل فيها الدعاء ويرجى فيها قبول الدعاء.

“Dan bahwa hal itu (berdoa antara adzan dan iqamah) termasuk sebab dikabulkannya dia atau merupakan waktu-waktu yang di dalamnya dikabulkan doa, yang demikian itu karena manusia ketika antara adzan dan iqamah menunggu shalat dan dia masih (dihitung) di dalam shalat dan ibadah dan di dalam perasaan menuju kepada Allah ‘Azza wa Jalla, jauh dari kesibukan dunia, pembicaraan di dalamnya serta keterkaitan dengannya, maka jadilah waktu itu termasuk waktu yang dikabulkan di dalamnya dia dan diharapkan di dalamnya pengabulan doa.” (Lihat Syarah Sunan Abu Daud, karya Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah – syameela).

Subhanallah, hanya dengan menyisihkan waktunya lima menit sebelum orang lain, dia mendapatkan pahala shalat berjamaah yaitu 27 derajat lebih tinggi daripada shalat sendirian.

عنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً»

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua pulu tujuh derajat.” (HR. Muslim).

Demikianlah… masih banyak pahalah dan ganjaran yang luar biasa yang Allah sediakan, padahal hanya menyisihkan waktu lima menit sebelum orang lain.

****

Tulisan ini bukan hanya sekedar berlomba menjadi muadzdzin akan tetapi leboh condong mengajak dan memotivasi kita bagaimana dengan hanya menyisihkan beberapa menit, beberapa jam, beberapa waktu untuk meluangkan ibadah maka niscaya dia akan mendapatkan keuntungan dunia sebelum akhirat.

Tujuan tulisan ini untuk orang-orang yang tidak mampu menyisihkan sedikit waktunya untuk beribadah apalagi banyak waktunya.

Untuk contoh silahkan cari dan telaah sendiri.. Semoga bermanfaat saudaraku… BEDANYA CUMA LIMA MENIT!!!



*) Ditulis pada hari Sabtu, 3 Rabi’uts Tsani 1433H di Dammam, KSA



Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc

Artikel Muslim.Or.Id

Kamis, 01 Maret 2012

Ulama Sebenarnya

حدثنا أبو عبد الله بن مخلد ، حدثنا أبو بكر المروذي ، حدثنا حبان بن موسى ، قال : سئل عبد الله بن المبارك : هل للعلماء علامة يعرفون بها ؟ قال : علامة العالم من عمل بعلمه ، واستقل كثير العلم والعمل من نفسه ، ورغب في علم غيره ، وقبل الحق من كل من أتاه به ، وأخذ العلم حيث وجده ، فهذه علامة العالم وصفته قال المروذي فذكرت ذلك لأبي عبد الله . قال : هكذا هو .

Abdullah bin Mubarok mendapat pertanyaan sebagai berikut, “Apakah ulama itu memiliki tanda sehingga masyarakat bisa mengetahui keberadaan mereka dengan tanda tersebut?”.


Jawaban beliau, “Tanda atau ciri ulama adalah:

Beramal dengan ilmu yang telah dia ketahui

Menganggap sedikit ilmu dan amal yang dia miliki.

Semangat untuk menimba ilmu dari orang lain.

Menerima kebenaran dari siapapun yang membawanya

Mengambil ilmu di mana saja dia mendapatkannya.

Inilah tanda dan ciri ulama”.

Al Maruzi mengatakan bahwa perkataan Ibnu Mubarok ini beliau ceritakan kepada Abu Abdillah alias Imam Ahmad. Komentar beliau, “Demikianlah ciri ulama” [Ibthal Hiyal karya Ibnu Baththah hal 31 no 30, Maktabah Syamilah].http://ustadzaris.com/kyai-sejati

Rabu, 29 Februari 2012

Seranglah Setiap Ahli Kebathilan….

يَا طَالِبَ الْعِلْمِ صَارِمْ كُلَّ بَطَّالِ

وَكُلَّ غَاوٍ إِلىَ الأَهْوَاءِ مَيَّالِ

وَلاَ تَمِيْلَنَّ يَا هَذَا إِلَى بِدَعٍ

ضَلَّ أَصْحَابُهَا بِالْقِيْلِ وَالْقَالِ

Wahai penuntut ilmu, seranglah setiap ahli kebathilan

Dan setiap orang yang condong kepada hawa nafsu

Janganlah dirimu condong kepada bid’ah

Sungguh pelaku bid’ah telah tersesat karena kabar burung.

.

(dinukil dari makalah Ustadz Yusuf As-Sidawi, Ustadz mengutipnya dari Dzail Tarikh Baghdad 16/318, sebagaimana dalam Ilmu Ushul Bida’ hlm. 300.)

Kamis, 23 Februari 2012

Kerana Engkaulah Kekasih Pertamaku....


نقل فؤادك حيث شئت من الهوى … ما الحب الا للحبيب لاول
كم منزل فى الارض يألفه الفتى … وحنينه أبدا لاول منزل فصل

Pindahkan cinta di hatimu ke mana saja kamu suka…

Tetapi cinta sesungguhnya hanyalah untuk kekasih pertama…

Berapa banyak tempat di bumi yang disinggahi pemuda…

Namun kerinduannya senantiasa untuk rumah pertama….*




Oh… ibu…ibu…

Rahimmulah rumah pertamaku…

Dalam pelukan, pangkuan, dan helai kasih sayangmulah kurasakan cintamu…

Maka, apakah mungkin orang lain ‘kan rebut tempatmu di hatiku…

Tidak…

Tak ‘kan kubiarkan hatiku berpaling darimu…

Karena…

Engkaulah kekasih pertamaku…

* lihat dalam الجواب الكافي لمن سأل عن الدواء الشافي karya Ibnul Qayyim, hal 133




Ibunda, jerijimu merepih,

menatah budi kami penuh kasih,

jeriji yang mengusap sedu sedan kami sejak mencecah bumi.

Telapak kakimu mengantar jejak langkah kami meraba dunia.

Telapak kaki yang dibawahnya bergantung surga.

Tiada puisi yang dapat membahasakan dirimu, karena kaulah keindahan.

Sebagai tepian matamu, Ijinkan putri semata wayangmu berucap dengan segenap benang hati yang meraja,

aku mencintaimu Bunda..

(buat bundaku)

-sekaralit-

Minggu, 19 Februari 2012

Meniti Jalan Meraih Kecintaan Allah, sebuah catatan singkat dari Istiqlal


Oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Abbad.

1. Memberikan perhatian yg serius terhadap Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya.
"Apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran? Sekiranya Al Quran itu tidak datang dari sisi Allah, maka tentulah mereka temukan banyak pertentangan di dalamnya."

2. Mengenal asma2 Allah yang husna (baik) dan shifatnya yang tinggi/mulia.
Dan Allah memiliki nama2 yang indah, maka berdoalah dengan nama2 itu.
Orang yang paling mengenal Allah, maka dialah yang paling besar rasa takutnya pada Allah, dan paling jauh dr perbuatan maksiat.
"Sesungguhnya orang2 yang takut kepada Allah itu hanyalah orang2 yang berilmu."

3. Senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dan banyak berdoa padaNya, dan bersungguh2 meminta pada Nya.
"Dan jika hambaKu bertanya padamu tentangKu, maka katakanlah bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan doa mereka jika mereka berdoa." (QS Al Baqarah 185)
Dan doa yg diajarkan:
"Ya Allah aku memohon padaMu, kecintaan padaMu, kecintaan pada orang yang mencintaiMu, dan kecintaan pada amal yang mendekatkan diri pada kecintaanMu."
"Ya Allah sesungguhnya aku menzhalimi diriku dengan kezhaliman yg besar, maka ampuni aku, sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

4. Memberikan kesungguhan dalam melaksanakan amalan2 wajib dari Allah. Setelah itu berusaha menundukkan hawa nafsu dan menghiasi dengan amalan2 sunnah.
Hadits Qudsi, bahwa Allah mencintai seorang hamba yang melakukan amalan wajib kemudian amalan sunnah.

5. Bersungguh2 menundukkan hawa nafsu untuk menjauhkan diri dari hal2 yang diharamkan Allah. Karena semua dosa dan maksiat akan menjadikan tertutupnya hati manusia, bahkan menjerumuskan ke dalam jurang kebinasaan. .


6. Selalu mendahulukan apa2 yang dicintai Allah drpd yang kita cintai. Dan menjadikan Allah dan rasulNya lebih dicintai dari yang lain.

7. Merenungkan nikmat Allah yang dianugerahkan pada manusia. Allah telah memberikan apa2 yang kalian minta. Jika kita hitung maka tidak akan terhitung banyak nikmatNya.

8. Bergaul dengan orang2 shalih, mereka yang bersungguh2 dalam melakukan amalan yang dicintai Allah. Untuk mengambil manfaat dari nasehat mereka, amalan mereka, meneladani akhlak mereka.
"Seseorang itu agamanya sesuai dengan agama orang terdekatnya. Maka lihatlah siapa orang terdekatmu."

9. Berusaha sungguh2 untuk beribadah di sepertiga malam terakhir.
Allah turun ke langit dunia di sepertiga malam. Dia berfirman, Siapa yang berdoa padaKu, Aku kabulkan doanya, Siapa yang memintaKu akan Kuberi, yang memohon ampun padaKu, Aku ampuni dosa2nya.

10. Terus menerus berdzikir pada Allah subhanahu wata'ala.
"Orang2 yang beriman yg hati mereka merasakan ketenangan dan kedamaian ketika mengingat Allah. Sesungguhnya dengan berdzikir maka hati menjadi tenang."
Barangsiapa mencintai sesuatu, dia akan banyak menyebut2 yang dia cintai itu.

Demikian 10 sebab untuk meraih kecintaan Allah subhanahu wata'ala.
Bukan berarti hanya ada 10, masih ada sebab2 yang lain. Hanya saja semoga 10 hal ini menjadi pengingat bagi kita. Dan akhir dakwah kami,
الحمد لله رب العالمين
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
dicatat dan diringkas oleh Al Akh Ristiyan Ragil Hafidzhahullahu semoga Allah memberkahi pernikahan dan memudahkannya menggapai derajat sakinah, mawaddah dan rohmah

Rabu, 15 Februari 2012

Sudah Baikkah Kita ????


إذَا مَا قَالَ لِي رَبِّي أمَا استحييتَ تَعصينِي … وتُخفي الذَّنبَ عن خَلْقي وبالعصيان تأتيني

Jika Rabb-ku mengatakan kepadaku: “Tidak malukah kau bermaksiat kepada-Ku?!

Engkau menutupi dosa dari para makhluk-Ku, tapi malah dg kemaksiatan kau mendatangi-Ku!”

فكيف أجيب يا ويحي ومن ذا سوف يحميني … أسلي النفس بالآمال من حين إلى حينِ

Maka bagaimana aku menjawabnya, dan siapa yg mampu melindungiku…

Aku terus menghibur diri dengan angan-angan (dunia) dari waktu ke waktu…

وأنسى ما وراء الموتِ ماذا بعدُ تكفيني … كأني قد ضمِنْتُ العيشَ ليس الموت يأتيني

Tp aku lalai dg perihal setelah kematian, tentang apa yang dapat mencukupiku setelah itu…

Sepertinya aku akan hidup terus, dan maut tidak akan menghampiriku…

وجاءت سكرة الموتِ الشديدةُ من سيَحْميني … نظرتُ إلى الوجوهِ أليسَ منهم من سيفديني

(Saat) sakaratulmaut yg dahsyat itu benar-benar datang… Siapakah yang mampu melindungiku…

Aku melihat wajah orang-orang… Tidakkah ada diantara mereka yang mau menebusku?!…
سأُسْأَل ما الذي قدَّمتُ في دنيايَ يُنجيني … فكيف إجابتي من بعدُ ما فرَّطتُ في ديني

Aku akan ditanya, tentang apa -yang kukerjakan di dunia ini- yang dapat menyelamatkanku…

Maka bagaimanakah jawabanku setelah aku lupakan agamaku…

ويا ويحي ألم أسمع كلام الله يدعوني … ألم أسمع بما قد جاء في قافٍ وياسينِ

Sungguh celaka aku… Tidakkah ku dengar firman Alloh yang menyeruku?!

Tidakkah pula ku dengar ayat-ayat yang ada di Surat Qoof dan Yasin itu?!

ألم أسمع بيوم الحشر يوم الجمع والديني … ألم أسمع منادي الموتِ يدعوني يناديني

Bukankah ku dengar tentang hari kebangkitan, hari dikumpulkan, dan hari pembalasan?!

Bukankah ku dengar pula panggilan kematian yg terus melayangkan padaku panggilan dan seruan?!



فيَا ربَّاه عبدٌ تائبٌ من ذا سيأويني … سوى ربٍّ غفورٍ واسعٍ للحقِّ يهديني

Maka ya Robb… akulah hambamu yang bertaubat… Tidak ada yang dapat melindungiku,

Melainkan Robb yg maha pengampun, lagi maha luas karunianya… Dia-lah yg menunjukkan hidayah padaku

أتيتُ إليك فارحمني وثقِّل فِي موازينِي … وخفف في جزائي أنت أرجى من يُجازيني

Aku telah datang kepada-Mu… maka rahmatilah aku, dan beratkanlah timbanganku…

Ringankanlah hukumanku… Sungguh Engkaulah Yang paling kuharapkan pahalanya untukku…

Kamis, 09 Februari 2012

6 Kerusakan Valentine’s Day


Alhamdulillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.


Cikal Bakal Hari Valentine

Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).

Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)

Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:

Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.

Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.

Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir

Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ

“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)

Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.

Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman

Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.

Allah Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا

“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)

Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.

Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.

Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti

Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

مَا أَعْدَدْتَ لَهَا

“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

Orang tersebut menjawab,

مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,

فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

Anas pun mengatakan,

فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ

“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”

Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?

Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!

Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat

“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)

Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”

Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.

Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.

Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)

Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.

Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan

Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,

وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)

Penutup

Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”

Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Panggang, Gunung Kidul, 12 Shofar 1430 H
Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

Kamis, 02 Februari 2012

Menjaga Lisan agar Senantiasa Berkata Baik


Oleh
Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr

Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71]

Dalam ayat lain disebutkan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]

Allah juga berfirman.

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirs” [Qaf : 16-18]

Begitu juga firman Allah Ta’ala.

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58]

Dala kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”Allah Azza wa Jalla berfirman.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban” [Al-Israa : 36]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُم ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ سَيْئًا وَأَنْ تَعتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّ قُواوَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَشْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” [1]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَااَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَا هُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِيْنَا هُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِيْنِاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوِى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّ بُهُ

“Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” [2]

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim no.64 dengan lafaz.

إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya”.

Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir hadits no. 65 dengan lafaz seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar.

Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) menjelaskan hadits tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini bersifat umum bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu, yang sedang terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan tangan. Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan pengaruh tulisan”.

Oleh karena itu, dalam sebuah sya’ir disebutkan :

Aku menulis dan aku yakin pada saat aku menulisnya
Tanganku kan lenyap, namun tulisan tangannku kan abadi

Bila tanganku menulis kebaikan, kan diganjar setimpal
Jika tanganku menulis kejelekan, tinggal menunggu balasan.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda.

مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”.

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan”.

Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

Beliau menambahkan di hal. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”

Masalah ini disebutkan pula di akhir hadits yang berisi wasiat Nabi kepada Muadz yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2616 yang sekaligus dia komentari sebagai hadits yang hasan shahih. Dalam hadits tersebut Rasulullah bersabda.

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَ مَنَا خِرِهِِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya ?”

Perkataan Nabi di atas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan Mu’adz.

يَا نَبِّيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَا خَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ

“Wahai Nabi Allah, apakah kita kelak akan dihisab atas apa yang kita katakan ?”

Al-Hafidz Ibnu Rajab mengomentari hadits ini dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam (II/147), “Yang dimaksud dengan buah lisannya adalah balasan dan siksaan dari perkataan-perkataannya yang haram. Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan perkataan dan amal perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang dia tanam. Barangsiapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya maupun perbuatan, maka dia akan menunai kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang menanam Sesuatu yang jelek dari ucapan maupun perbuatan maka kelak akan menuai penyesalan”.

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (hal.146), “Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan senantiasa mengontrolnya merupakan pangkal segala kebaikan. Dan barangsiapa yang mampu menguasai lisannya maka sesungguhnya dia telah mampu menguasai, mengontrol dan mengatur semua urusannya”.

Kemudian pada hal. 149 beliau menukil perkataan Yunus bin Ubaid, “ Seseorang yang menganggap bahwa lisannya bisa membawa bencana sering saya dapati baik amalan-amalannya”.

Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal perbuatannya”.

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda.

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ وًِصِيَامِهِ وِزَكَاتِهِ وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.

Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi.

بِحَسْبِ امْرِيْ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ كُلٌ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits no. 1739 ; begitu juga Muslim [4] dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berkhutbah pada hara nahar (Idul Adha). Dalam khutbah tersebut beliau bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, “Hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Hari yang haram”. Beliau bertanya lagi, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri Haram”. Beliau bertanya lagi, “Bulan apakah ini ?” Mereka menjawab, “Bulan yang haram”. Selanjutnya beliau bersabda.

فَإِنَّ دِمَا ئَكُمْ وَ أَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُم حَرَامٌ، كَحُرمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِ كُمْ هَذَا في شَهْرِ كُمْ هَذَا، فَأَعَادَهَا مِرَارًا، ثُمّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ : اللَّهُمَ هَلْ بَلَّغْتُ؟ اللَّهُمَ هَلْ بَلَّغْتُ؟

“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi masing-masing kalian (merampasnya) sebagaimana haramnya ; hari, bulan dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu berkata, “Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)? Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu) ?”

Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk umatnya. Beliau berpesan kepada kita, ‘Oleh karena itu, hendaklah yang hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali kepada kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal leher”.

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِشْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لآَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun”

Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib (I/65) mengomentari hadits.

إِذَا مَاتَ الْإنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ إِحْدَى ثَلاَثٍ …

“Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara …dst”

Beliau berkata, “Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala dari perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdaasrkan hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal yang membuahkan dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang membaca, menulis atau mengamalkannya, berdasarkan hadits.

مَنْ سَنَّ سُنَةً حَسَنَةً أَوْ سَيِّئَةً

“Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka ….”

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda.

إِنَّاللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Sesungguhnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk diperangi”

[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Penulis Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad Al Badr, Edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penerbit : Titian Hidayah Ilahi Bandung, Cetakan Pertama Januari 2004]
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh Muslim hadits no. 1715. Hadits tentang tiga perkara yang dibenci ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mughirah hadits no.2408 dan diriwayatkan juga oleh Muslim.
[2]. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6612 dan Muslim hadits no.2657. Lafaz di atas adalah yang terdapat dalam riwayat Muslim
[3]. Tetapi lafaz hadits tersebut adalah yang terdapat dalam riwayat muslim
[4]. Tetapi lafaz yang tersebut terdapat dalam riwayat Bukhari

Sumber : almanhaj.or.id